Daftar Isi:
Pantai Gigi Hiu Lampung – Hari ini saya kembali terkenang sampe baper (bawa perasaan, hehe) tentang perjalanan saya dengan sesama fotografer yang hobi mengumpulkan sebanyak-banyaknya stok foto Lampung. Satu perjalanan yang tak terlupakan sampai sekarang. Yang pada akhirnya membawa banyak fotografer, blogger, traveler bahkan film nasional untuk datang ke Pantai Pegadungan di kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus.
Sebuah ajakan dari seorang pelukis senior di Lampung, bang Yen, untuk survey lokasi dengan motor. Dia mendengar ada sebuah lokasi cantik di Pegadungan. Dan para pelukis akan mengadakan acara melukis massal di sana. 80 pelukis akan datang. Dari Lampung, nasional, bahkan ada 3 pelukis dari Eropa kalau ga salah.
Yang mendampingi kami hari itu, Selasa 8 Maret 2011, adalah dua anak muda asal Kelumbayan. Karena salah satunya tinggal di Gading, Pringsewu, maka kami pun memutar menjemputnya terlebih dahulu.
Cikal Bakal Keliling Lampung
Saya sangat semangat untuk mempunyai foto-foto pelosok Lampung. Apalagi sudah lama tinggal di luar Lampung. Bermodal motor kreditan 2 tahun yang belum lunas, saya memulai sebuah perjalanan Keliling Lampung. Sebuah proyek pribadi dengan dana pribadi. Belum kepikiran buat mencari sponsor. Apalagi dapat endorsement seperti kawan-kawan selebgram dan travel blogger hits saat ini.
Belakangan hasil-hasil foto saya tersebut saya unggah melalui akun-akun media sosial Keliling Lampung. Karena sering ditanggapi lambat oleh akun-akun media sosial besar saat itu. Apalagi akun-akun nasional yang fotonya kece-kece. Lebih baik buat akun sendiri dengan foto dan cerita milik sendiri, lalu bisa posting sendiri π
Sebenarnya kami hanyalah segelintir anak Lampung yang masih merasa muda yang senang mengajak kawan-kawan lain untuk mentradisikan jalan-jalan dan memotret. Budhi Marta Utama tetap konsisten di dunia fotografi. Masih aktif menjelajahi Lampung untuk mendapatkan foto dan merekam jejak budaya yang masih tersisa di Lampung.
Sedangkan saya mencla mencle mencoba sesuatu yang baru. Di saat yang lain berbondong-bondong membuat akun twitter, saya pun melakukannya. Bahkan sampai akun buatan saya pun turut berbondong-bondong. Dan saya lupa apa passwordnya π
Traveler Keliling Lampung yang Malas
Yang saya ingat, Budhi Marta Utama (BMU) sudah sampai duluan di Pegadungan hari itu. 2-3 jam lebih awal dari kami. Padahal dia berangkatnya lebih siang. Saya telpon saat saya sudah di Gedong Tataan, dia baru bangun. Iya, karena saya harus lewat Gading, lalu Kedondong. Sedangkan BMU, begitu bangun tidur langsung jalan. Kurang dari 3 jam perjalanan dia sampai lokasi.
Saat sampai Pantai Pegadungan jujur saja, saya tidak terlalu merasa woww gitu. Semua pantai rata-rata sama aja. Pantai berpasir atau pantai berbatu dan berkarang.
Hanya menikmati suasana yang hening dan udara bersih itu sebuah kenikmatan tersendiri bagi saya. Ga ada suara bising knalpot dan klakson. Tidak ada teriakan orang-orang kesal karena kendaraannya dipepet pengendara lain. Yang ada hanya suara angin mengenai dedaunan. Dan suara kera di kejauhan.
Memang pantai Pegadungan yang kami sambangi siang itu berada di sisi lain pantai Pegadungan yang ada batu layar. Di saat yang lain, Budhi, bang Yen, dan dua orang kawan, menyisiri pantai menuju batu layar, saya memilih untuk tiduran saja di bebatuan pantai. Traveler malas π
Nah di saat yang lain kembali dan siap-siap pulang, mereka bilang batu layarnya bagus. Saya tanya BMU apa dia motret. Dia bilang cuma beberapa buat stok foto. Biarkan para pelukis itu datang duluan minggu depan. Kita kayaknya harus kembali lagi kemari.
Saat itu saya tidak membayangkan bagaimana megahnya susunan batu karang itu. Masih menganggap sama saja dengan karang-karang lain. Lihat saja nanti. Kembali ke rumah, dan sempat melupakan sesaat.
Beauty Starts When The Road Ends
Kali kedua kedatangan saya bersama BMU dan Rudi Huang (Kang Maman). Kami bertiga mengendarai motor bebek kesayangan kami masing-masing. Sabtu, 26 Maret 2011, pukul 09:00 berangkat dari Bandar Lampung. Lewat tengah hari sampai di Dusun Batu Suluh, sebelum tanjakan berat sebelum pantai gigi hiu Lampung.
Mampir di salah satu rumah kayu panggung yang sangat sederhana. Bertemu dengan ibu pemilik rumah. Minta izin agar kami bisa menginap di situ malam hari. Si ibu bilang, suaminya yang masih di kebun pasti mengizinkan. Masih ada keramahan dan saling percaya di pelosok Lampung ini.
Kami langsung tancap gas kembali. Seolah mengendarai motor trail yang gagah melahap jalanan tanjakan super jelek. Dalam hati mengumpat, kampret lah, kenapa saya ada di sini π
Batu lepas di tanjakan kami hadapi, kubangan tak jelas dasarnya kami lewati, turunan penuh jebakan batu lepas seolah tidak ada artinya. Akhirnya sampai juga di Pantai Pegadungan yang ditandai dengan rimbunnya pepohonan bambu. Melewati jalan setapak yang dibuat oleh panitia melukis massal, kami memasuki area pantai.
Tempat indah di dunia itu memang biasanya harus ditemui dengan cara blusukan seperti ini. Kalau sudah ramai bisa tidak indah lagi. Penuh dengan sampah dan bangunan-bangunan tidak jelas peruntukkannya.
Surga Dunia
Siang itu, Sabtu 26 Maret 2011, kami sudah ada lagi di Pantai Pegadungan. Kang Maman ini hobinya camping. Dia punya banyak peralatan camping. Siang itu kami menikmati kopi robusta Lampung di Pantai Pegadungan. Thanks kang sudah repot-repot bawa kompor mini berikut peralatan makan lainnya.
Motret nanti urusannya. Enak nikmati hidup. Ga ada target harus berkunjung ke sini, harus posting di IG, harus punya foto ini dan itu. Ngopi dulu di surganya dunia yang ada di Kecamatan Kelumbayan, Tanggamus, Lampung. Emang dunia punya surga ya….?!
Sudah ngopi yay atu? π
Pantai Gigi Hiu Lampung
Kalau sudah urusannya memotret, fotografer biasanya punya ego masing-masing. Meskipun kami datang bertiga, ga mau lah punya foto yang mirip apalagi sama. Tempat berdiri boleh sama. Tapi hasil foto jangan sampai sama.
Kami bertiga mencari spot masing-masing dengan peralatan masing-masing. Subyek foto sudah pasti batu layar di Pantai Pegadungan ini.
Batu layar Pegadungan ini (warga lokal menyebutnya begitu) sangat memesona. Dengan anggun dan congkak, berdiri di pantai. Bertahan dari serangan ombak besar yang datang setiap hari dengan bertubi-tubi ga bosan.
BMU bilang banyak di daerah lain di Indonesia yang memiliki batu layar. Banyak yang sudah terkenal di kalangan fotografer lanskap Indonesia. Sudah menjadi tempat wisata yang indah di Indonesia.
Saya juga masih ingat sampai detik ini, BMU bilang tempat ini (Pantai Pegadungan) bakal terkenal. Fotografer-fotografer luar bakal datang. Karena batu layar ini punya keindahan tersendiri dibandingkan batu layar lain yang megah-megah. Kemegahan “Gigi Hiu” ini beda dengan yang lain. Begitu yakin, BMU bilang ke saya.
Saya percaya saja BMU bilang demikian. Dia sudah kemana-kemana untuk memotret. Baik memotret dari daratan maupun dari atas ‘langit’ menggunakan wahana paramotor. Jadi bilang begitu karena ada dasar. Ada perbandingan yang logis.
Julukan “Gigi Hiu” disematkan oleh BMU untuk membedakan Batu Layar di Pantai Pegadungan ini dengan batu layar lain yang ada banyak di Indonesia. Julukan tersebut juga membuat orang semakin penasaran ya. Apalah “Gigi Hiu” itu π
Semua Orang Bisa Angkat Nama Baik Daerahnya
Saat ini sudah terbukti. Pantai Gigi Hiu Lampung ini sudah dikenal dimana-mana. Tentunya berawal dari akun Facebook kami masing-masing yang pernah mendatangi Gigi Hiu. Berulang kali dibagikan di akun-akun media sosial informasi Lampung. Juga saya tulis di blog pertama saya: Perjalanan ke Kelumbayan di Tanggamus.
Semua orang bisa terlibat mengangkat keindahan alam daerahnya. Semua orang bisa mengajak orang lain untuk datang ke daerahnya. Namun perlu diingat, tidak semua orang suka dengan keindahan alam semacam Gigi Hiu ini. Perlu perjuangan naik motor (atau naik ojek) yang membuat pinggang berasa remuk. Salah ajak orang hasilnya bisa kapok dan berita “wisata jengglongan sewu” muncul dimana-mana π
Maret 2011 sudah lama berlalu. Sangat bangga saat saya, istri, dan kawan-kawan nonton film “Trinity, The Nekad Traveler“. Ada scene yang ambil lokasi syuting di Gigi Hiu. Julukan “Gigi Hiu” sudah disebut-sebut oleh banyak orang. Mulai dari Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo, produser film Agung Saputra, kawan-kawan blogger, kawan-kawan fotografer. Bahkan ada orang yang tidak saya kenal tiba-tiba mempromosikan Gigi Hiu kepada saya di suatu kesempatan. Ada kebanggaan dalam hati pastinya.
Pantai Gigi Hiu Lampung sudah menjadi satu tempat wisata di Lampung, menjadi destinasi wisata menarik, menjadi salah satu tempat wisata yang indah di Indonesia. Tempat wisata di Tanggamus yang sudah menjadi ikon dan salah satu spot foto di Lampung yang terkenal dimana-mana.
Petualangan di alam yang tak terlupakan apalgi bisa menemukan momen indah bersama alam yang eksotis seperti ini.
Wah mantap om, om rambutnya masih panjang, mungkin saat itu sekali kibas langsung nyembur api.. Hehehe.. Gagal fokus.. Waw, cerita baper yang menginspirasi sekali.. Ngikut juga ah, nulis dan foto gitu biar tempatku terkenal..hehe semua orang dapat menjadi duta wisata daerah masing-masing.
Jiaaah, ada yang pernah gondrong! π π
Untuk memperkenalkan suatu tempat yang belum terjamah, memang butuh perjuangan yang nggak mudah. Beruntunglah ada para traveler yang mau berpayah2 memperkenalkan hidden paradise seperti ini. Moga bisa ke sana suatu hari nanti.
Waktu Kiluan sudah diajak Fajrin dan Mas Teguh ke sini. Tapi sayangnya saat itu tidak sedang dengan teman-teman blogger. Teman perjalanan saya saat itu nggak mau yang susah-susah, Ya udah Akhirnya Gigi Hiu di skip…
Melihat cantiknya aku malah yang baper, Pengen datang kesini bareng-bareng fotografer dan blogger biar maksimal eksplorasinya #kode
Ketjeh, mau donk geret aku kesini mas yopie
Gilakkk… kerenn…. foto baper bikin ngiler mas…. coming soon kami sekantor mau ksana sambil cek lokasi jalan untuk perbaikan
Pingback: Curup Anggal, Air Terjun Unik di Way Kanan - Yopie Pangkey
Efek slow speed di pantai gigi hiu emang bikin kesan mistis. Apalagi buat kalian yang pertama kali menemukan tempat wisata ini om.
Pantai Pegandungan, jadi ini nama aslinya. Menurutku tiap kita bisa mempromosikan destinasi wisata daerah. Hanya tinggal explore dan lihat potensinya kayak temen om si BMU itu hehe…
iya explore dengan kaki dan tangan sendiri. bukan explore lewat jari aja di Instagram. hehe…
Pingback: Bukit Pangonan, Tempat Wisata 'Instagrammable' di Pringsewu - Yopie Pangkey
Pingback: Flipflop Hostel Penginapan Murah Bergaya di Bandar Lampung - Yopie Pangkey